Abstract:
Meskipun tidak merupakan penyakit yang mengancam kesehatan secara langsung,
dismenorea dapat berdampak besar pada kualitas hidup remaja perempuan. Risiko:
90 persen kasus dismenorea terjadi pada remaja perempuan. Di Indonesia, 55%
wanita usia subur mengalami dismenorea, dengan 54,89% kasus diklasifikasikan
sebagai dismenorea primer dan sisanya sebagai dismenorea nyeri sekunder. Wanita
remaja yang cemas mungkin mengalami penurunan ambang nyeri, yang pada
akhirnya memperburuk kram menstruasi hingga menjadi kronis dan akut.
Gangguan fisik (somatik), seperti nyeri saat menstruasi, adalah salah satu gejala
kecemasan. Terapi warna biru dan hijau adalah salah satu metode komplementer
yang dapat digunakan untuk mengobati dismenorea. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa efektif terapi warna biru dan hijau untuk mengurangi
kecemasan yang disebabkan oleh dismenorea pada mahasiswi kebidanan di Stikes
Medistra Indonesia pada tahun 2024. Metode penelitian ini menggunakan quasi
eksperimen. One grup pretest and post test with control design. Populasi dalam
penelitian ini adalah 130. Dan untuk sampel pada penelitian ini adalah 30 orang
Mahasiswi Kebidanan. Teknik pengambilan sampelnya adalah purposive. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada kelompok intervensi
adalah 0,002 (p < 0,05), sementara pada kelompok kontrol diperoleh nilai
probabilitas (P value) sebesar 1,000 (p > 0,05). Kesimpulan: terapi warna biru dan
hijau terbukti menurunkan kecemasan akibat dismenorea pada kelompok
intervensi. Disarankan untuk peneliti selanjutnya menyelidiki terapi warna dengan
lebih banyak subjek dan tidak terbatas pada mahasiswa. sehingga dapat
menunjukkan tingkat efektivitas terapi warna terhadap variabel lain.